Climbing upon the 3-0 ladder
Hello guys! How is everyone? I hope you are as good as me. Thanks for dropping by! Oke, hari ini berjarak satu minggu sebelum saya berulang tahun di minggu depan, biasanya sih saya tidak terlalu memusingkan, tetapi kali ini I'm gonna step into the big 3-0 and it made me reflect on the things that I've done and things I have not yet achieved. Refleksi pasti hadir di dalam setiap fase kehidupan saya, sesungguhnya saya sendiri berharap saya tidak terlalu menjadi orang yang memusingkan hidup saya harus ke mana dan hanya menikmati angin yang membawa hidup saya. Tapi apa daya? hiks...
Sebagai seorang perempuan yang fokus pada karir dan mempunyai mimpi besar, saya menata hidup berdasarkan logika yang ada di dalam kepala sebagai buah hasil pemikiran dan referensi yang saya kumpulkan. Saya mengkalkulasikan hidup saya berdasarkan kesempatan, kekuatan diri, kelemahan diri dan berbagai faktor yang perlu saya jadikan pertimbangan. Akan tetapi, sampai dengan hari ini saya juga bingung kalau ditanya mengenai definisi kesuksesan dan tujuan utama hidup saya.
Di dalam era digital saat ini, kecenderungan masyarakat untuk memperlihatkan kesuksesan (menurut definisinya sendiri) semakin menjadi-jadi. Mulai dari post foto mobil terbaru, rumah yang KPRnya baru approved, tas mewah yang baru diborong dari toko online, dan lain sebagainya. Hal ini secara otomatis akan membuat teman-teman melihat betapa suksesnya diri si oknum, dan membandingkan dengan diri mereka sendiri. Jika memang teman yang melihat adalah pribadi yang cuek, mungkin dia bisa bodo amat. Tapi kalau yang melihat adalah orang yang sensitif, maka tidak lain dan tidak bukan depresi bisa muncul di diri si teman ini, karena ia merasa gagal jika dibandingkan dengan si oknum.
I won't talk about how you should behave in social medias and what you should post, saya hanya akan berbicara mengenai cara membentengi diri dari membandingkan diri dengan orang lain dan mencoba untuk menghargai yang kita punya saat ini dan puas dengan kenyataan hidup. Mendekati usia 30 saya mendapati bahwa banyak hal yang ingin saya lakukan dan belum saya lakukan, tapi jika saya memutar cara saya berpikir dan melihat apa yang saat ini saya miliki ternyata bisa membuat saya lebih bisa menjalani hidup dengan hati bahagia. Ya saya belum punya mobil mewah yang saya impikan, saya belum memiliki karir mandiri sebagai pembicara, akan tetapi saya memiliki keluarga yang hangat dan ini menjadi hal yang terpenting untuk saya saat ini.
Sangat sulit bagi saya untuk bisa mencukupi diri jika saya mau mengikuti standar kebahagiaan dari orang lain. Yang bisa menentukan standar kebahagiaan diri adalah anda sendiri. Jika memang anda seorang single yang masih bahagia bersama dengan teman-teman, maka bersyukurlah atas kesempatan dan kebebasan itu, anda tidak perlu memaksakan diri untuk memakai standar orang-orang yang sudah menikah yang membuat dan memaksa anda untuk sesegera mungkin berkeluarga. Take your time! Jika anda adalah seorang yang doyan bertualang, maka bertualanglah dengan sepenuh hati, tidak perlu mendengarkan orang lain yang menyuruh anda untuk settle down and get a decent job. Your life is your own and yours to live.
Mudah sekali bagi kita untuk terpuruk dan merasa buruk tentang diri kita sendiri jika kita melihat hidup orang lain. Tetapi jika kita melihat apa yang diri kita miliki sekarang dan bandingkan dengan apa yang kita miliki 5 tahun sebelum ini, rasanya kita akan sangat amat bersyukur. Yang ingin saya katakan adalah kadang kita tidak tahu apa yang kita butuhkan dan merasa yang masyarakat dikte kepada kita adalah yang seharusnya, tapi yang harus diingat semua manusia punya free will, kita bisa menentukan yang terbaik untuk kita, dan yang terpenting kita bisa menentukan kebahagiaan kita sendiri.
Stepping into 30 will be another milestone for me, dan saya menolak mengikuti apa yang didiktekan masyarakat kepada saya. Saya hanya mau hidup bahagia dan bersyukur atas apa yang saya punya, Sederhana dan tidak sulit :) you should try!