How Did I Become So Obsessed with Numbers?

January 22, 2021

Sepertinya selalu berawal dengan tidak sengaja. Ingin memulai sesuatu secara pelan-pelan, untuk memastikan semua berjalan di tracknya ya lebih baik menggunakan angka. Supaya apa? Ya supaya menjadi tolok ukur, agar besok bisa lakukan lebih dari hari ini.

Perkenalan pertama terhadap obsesi itu datang ketika mulai dewasa. Di umur 20 tahun, semua serba menarik, semua bisa dicoba tanpa memaknai terlalu jauh suatu hal. Awalnya secara inosen mencoba menurunkan berat badan, ini sih bukan kemauan sendiri, melainkan “disarankan” oleh beberapa orang. Akhirnya saya berkenalan dengan timbangan, goal, kalori dan angka-angka lain yang bisa dijadikan indikator kemenangan.

Di permulaan terkesan menarik karena belum pernah saya coba sebelumnya. Oke dengan target penurunan berat badan segini, dilakukan dengan usaha berjalan kaki sejauh sekian kilometer, dilanjutkan dengan berenang sekian jam, sehingga kalori yang terbakar juga akan menjadi sekian ratus kalori. Angka, angka dan angka. Ada yang setiap hari semakin rendah, dan ada yang setiap hari semakin tinggi.

Mungkin obsesi ini tidak akan berkembang jika saya menghitung diri saya sebagai orang yang kalah. Akan tetapi saya berzodiak leo, yes, a lionness. Maka dari itu rasanya tidak mungkin saya akan mau mengalah dibandingkan angka-angka ini.

Makin hari makin terpatok ada angka yang harus begini, dan angka yang harus begitu. Tanpa sadar obsesi itu melekat, obsesi itu tinggal, jadi sebuah kebiasaan, kebiasaan itu berkembang di bawah sadar menjadi keharusan. Dan jika keharusan itu tidak tercapai, saya jadi manusia paling gagal di muka bumi ini.

Berada di dunia digital juga tidak membuat obsesi ini membaik, bisa dibilang malah makin meruncing. Makin hari makin parah, lebih herannya lagi, makin banyak excuse yang digunakan untuk memaklumi obsesi ini, jutsifikasi agar merasa lebih baik dari hari kemarin. That’s me, I’m always trying to better every single day. Bukannya itu adalah hal yang lebih baik? Dalam hal ini tidak.

Berada di dunia digital, media sosial menandai semuanya lagi-lagi dengan angka. Sekian likes, sekian views, sekian followers, sekian subscribers. Wow, banyak ya angkanya. Walau mencoba sekuat tenaga untuk tidak menjadikan ini patokan dalam berkarya, tapi disadari maupun tidak, akhirnya lagi-lagi terpaku dengan angka.

Bukannya mencoba untuk membuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain, tapi saya sendiri gusar melihat angka yang tidak naik-naik. Itulah media sosial untuk saya di 2021. Realisasi untuk kembali melihat hal yang penting, mengurangi obsesi akan angka.

So what if you only got 5 likes? Yang terpenting adalah suara dan karya. Mengingatkan diri saya setiap hari untuk kembali ke intinya. Lupakan angka. There's a difference between addicted to numbers or ignoring them. I choose to ignore.